The First Scan is Family Tree in Jeruklegi from family tree for Raden in Banyumas Residency.
The Second Scan is Family Tree in Dayaluhur, Cilacap Regency.
The Three Scan is Family Tree in Jeruklegi.
Prince Sutacandra
Prince Sutacandra was one of sons from The First King of Mataram in Jeruklegi, Cilacap Regency. His grave is in Wanasri Village, Pakuncen, Jeruklegi, Cilacap Regency. You could go there by bus to Jeruklegi, it takes 30 minutes and stopped at Wanasri Village, Pakuncen, Jeruklegi. Unfortunately you should walk through rubber plantation and it is about 500 meter to the east and cross small river.
Prince of Sutacandra has 3 (three), they were Kendal Bagus Sutacandra II, Tumenggung Yudanegara and Wangsengrana. Based on family tree (the first scan), Tumenggung Yudanegara and Wangsengrana, their grave in Karangsuci, Cilacap city. It is one location with my family's grave.
Silsilah
Putra Medang
Adipati Bano Keling
Putra ADEG SOKA menikah dengan Ki Ageng Jeruklegi. Ki Ageng Jeruklegi mendapat titipan istri selir Raja Mataram, yang sedang hamil 7 bulan, dimana Raja Mataram berkata, jika suatu hari melahirkan anak laki-laki, supaya diberi nama : KI BAGUS SUTACANDRA.
Setelah KI BAGUS SUTACANDRA dewasa, dinikahkan dengan putri KI ADIL GUNUNG JAYA (JERUKLEGI).
Setelah Raja Mataram mempunyai seorang musuh yaitu Adipati BRAGOLO yang sering membuat onar, maka mengutus prajurit supaya memanggil putranya, dari istri selir yang berada di Gunung Jaya / Jeruklegi, yaitu Ki Bagus Sutacandra supaya melumpuhkan Adipati Bragolo, Ki Bagus Sutacandra dibekali 50 prajurit.
Ki Bagus Sutacandra dapat melumpuhkan Adipati Bragolo, dan dapat menghaturkan kepala Adipati Bragolo pada Raja Mataram, sesampainya Ki Bagus Sutacandra mengantarkan bukti kepala tersebut, Ki Bagus Sutacandra meninggal sebab luka di lambung kiri, dari pusaka Adipati Bragolo.
Sebelum meninggal Ki Bagus Sutacandra mendapat julukan PANGERAN SUTA CANDRA, dan tanah perdikan wiyaripun, 250 jung ugi memberi pesan jika meninggal jenazahnya supaya dimakamkan di PAKUNCEN JERUKLEGI.
Pangeran Suta Candra mempunyai 3 orang putra yaiku :
1. Kendal Bagus Suta Candra II
2. Sawenggang Pati
3. Tumenggung Yudanegara
Sebab jasa Pangeran Suta Candra pada Kraton Mataram, maka putranya Kendal Bagus Suta Candra II dipindahkan ke Mataram, menjadi Adipati Gedong. Sedangkan kedua putra yang ditinggalkan yaitu Sawenggang Pati, Tumenggung Yudanegara.
Tumenggung Yudanegara mempunyai 12 putra :
1. Perempuan menikah dengan Demang Pasir
2. Suta Dikara, Demang Ajibarang / Sindang Barang
3. Merta Diwangsa, Demang Mandiraja
4. Wangsengrana, Demang Jeruklegi
Putra 8 (delapan) lainnya tidak disebutkan / dijelaskan.
WANGSENGRANA
Wangsengrana (Demang Jeruklegi) menikah dengan kakak perempuan Danureja yang bernama : Nyai Raden, mempunyai 4 (empat) putra yaitu :
1. Panca Manis (Demang Jeruklegi)
2. Panca Panitih (Demang Kalimanah / Purbalingga)
3. Panca Suwirya (Demang Jeruklegi)
4. Panca Kenteki (Demang Cilibang)
PANCA SUWIRYA
Panca Suwirya (Demang Jeruklegi) mempunyai 1 putra bernama :
1. Suta Nangga
SUTA NANGGA
Suta Nangga mempunyai 1 putra bernama :
1. Merto Pati (Pangkat Kliwon)
MERTO PATI
Merto Pati (Pangkat Kliwon) mempunyai 4 (empat) putra yaitu :
1. Citra Kriya
2. Arso Pati
3. Tirto Pati
4. Asnadi
CITRA KRIYA
Citra Kriya, putra dan putrid tidak disebutkan
ARSO PATI
Arso Pati (Penatus Jeruklegi) mempunyai 7 (tujuh) anak yaitu :
1. Kertasentana
2. Mertawijaya
3. Arsadikara
4. Mertasoma
5. Jayi
6. Katamsi
7. Misem
TIRTO PATI
Tirto Pati mempunyai 8 (delapan) anak yaitu :
1. Kinem
2. Sengud
3. Kelud
4. Pinu
5. Mertadikrama
6. Sala
7. Dipameja
8. Sumiah
ASNADI
Asnadi (Karang Jati Citepus) putra-putri tidak disebut / dijelaskan.
KERTASENTANA (Putra Arsopati)
Putra-putri tidak disebut / tidak dijelaskan.
MERTAWIJAYA (Putra Arsopati)
Putra-putri tidak disebutkan / dijelaskan.
ARSADIKARA (Putra Arsopati)
Arsadikara (Penatus Jeruklegi) mempunyai putra 8 (delapan) yaitu :
1. Arsadiwirya
2. Sumiah
3. Sumiyem
4. Sukiyem
5. Sukinah
6. Sumarni
7. Sukirah
8. Supinem
MERTASOMA (Putra Arsopati)
Mertasoma mempunyai 1 putra yaitu
1. Broto
JAYI (Putra Arsopati)
Jayi putra-putri tidak disebut / tidak dijelaskan.
KATAMSI / ASMAWITANA (Putra Arsopati)
Katamsi Asmawitana (Lurah) mempunyai 4 putra yaitu :
1. Santakrib
2. Sidik
3. Supyan (ayahnya disah)
4. Sidem (ibunya kaki wir)
MISEM / SETRADIWIRYA (Putra Arsopati)
Misem Setradiwirya putra – putri tidak disebut / tidak dijelaskan.
KINEM (Putra Tritopati)
Putra : 1. Siner Wiryosudarmo (Bantarsari Gandrung)
SENGUD (Putra Tirtopati)
Putra : 1. Sudin
KELUD (Putra Tirtopati)
Putra :
1. Suparni (Bantarsari Gandrung)
2. Sudini (Kramasari Kawunganten)
PINU (Putra Tirtopati)
Putra :
1. Sujono (Jeruklegi Wetan)
2. Tikil (Bantarsari Gandrung)
ARSADIWIRYA (Putra Arsadikara)
Penatus Jeruklegi
Putra-putri:
1. Sukar
2. Supar
3. Sukarti
4. Siah
5. Sukur (Sindere Bapake Eko)
6. Sukarinah
7. Sukir
SUMIYAH ARSAWIDJAYA (Putra Arsadikara)
Putra – putri;
1. Sartinah
2. Hidayat
3. Hirman
4. Suparto
5. Sabil
6. Supardi
SUMIYAH SUTIHARJA (Putra Arsadikara)
Putra – putri;
1. Kadiah
2. Sumadio
3. Kadis
4. Harjo Suwito
5. Warsito
SUKIYEM (Putra Arsadikara)
Putra : tidak disebutkan / dijelaskan
SUKINAH (Putra Arsadikara)
Putra : tidak disebutkan / dijelaskan
SUMARNI (Putra Arsadikara)
Putra – putri:
1. Sapar
2. Sutin
SUKIRAH (Putra Arsadikara)
Putra :
1. Sudirah
SUPINEM (Putra Arsadikara)
Putra : tidak disebutkan / tidak dijelaskan.
Keterangan :
Adipati Bano Keling makamnya di Julang Mangu bersama bekas Ki Santri Kendil Wesi dan Ki Banda Yuda, ditepi Kali Julang Mangu.
Wangsengrana selain menjadi Demang juga mendapat tugas menjaga pantai Cilacap barat dan diberi prajurit yang dikepalai oleh Ki Jaga Resmi dan seorang juru tambak, menjaga pantai dari Perompak / Bajak Laut yang datang dari Celebes (Sulawesi) dan Borneo (Kalimantan).
Sekian Sejarah dan Silsilah Jeruklegi yang disalin dalam huruf latin dari huruf Jawa Kuno, dari buku peninggalan para leluhur.
Disalin pada tanggal 1 Oktober 1976.
Oleh : Harjo Suwito (cucu Arsadikara / Penatus Jeruklegi)
Ditulis oleh Sumadi Arief Hartoyo (Buyut Arsadikara / Penatus Jeruklegi).
Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Karsiyah pada tanggal 26 Februari 2012 di Purwokerto, cucu dari Martadiwirya makam di Karangsuci, kota Cilacap.
Letak Makam Pangeran Sutacandra
Di Pakuncen Jeruklegi ada 3 (tiga) makam yaitu makam Pangeran Sutacandra, Ki Ageng Jeruklegi dan Ki Adil Gunung Jaya.
Ketiga makam tersebut berada di Desa Wanasri, Jeruklegi dan posisi sejajar dengan dibatasi batu – batu tua tanpa tulisan. Dari jalan bis Jeruklegi ke Cilacap berjalan sekitar 500 meter melalui perkebunan karet melintas sungai kecil selebar 5 meter dan jalanan rusak waktu penulis berkunjung pada hari Jumat, tanggal 24 Februari 2012 bersama Pak Syam Rachmadi, istri dan pamannya.
Istri Wangsengrana mempunyai 12 saudara seayah yang tercatat dalam silsilah dokter Soedarmadji diantaranya Adipati Danureja I (Patih Yogya Pertama 1755-1799) yang dikenal paling cakap sepanjang sejarah Mataram. Selain itu Tumenggung Dipayuda I atau Bupati Purbalingga Pertama yang wafat di Desa Jenar pada saat Perang Suksesi Jawa Ketiga dan saudara yang lain yaitu Raden Ajeng Tumenggung Kartanegara, istri Bupati Nayaka Keraton Surakarta.
Wangsengrana selain menjadi Demang juga mendapat tugas menjaga pantai Cilacap barat dan diberi prajurit yang dikepalai oleh Ki Jaga Resmi dan seorang juru tambak, menjaga pantai dari Perompak / Bajak Laut yang datang dari Celebes (Sulawesi) dan Borneo (Kalimantan).
Demang Wangsengrana memimpin kademangan di sebelah barat. Demang ini menghadapi kerusuhan yang timbul akibat mengganasnya bajak laut. Beberapa kelompok lain setelah ada bantuan prajurit, penempatannya dibagi menjadi 3 kelompok. Pembagian ini dilakukan mengingat datangnya bajak laut tidak dapat ditentukan, sementara datang dari arah barat (dari Segara Anakan), dan sekali waktu datang lewat samudra besar dari arah timur.
Ketiga kelompok itu masing-masing dipimpin oleh :
1. Ki Jagapraja yang ditugaskan untuk menjaga dan mengamati-amati bajak laut yang datang dari arah timur dengan pertahannya di ujung tenggara kota Cilacap sekarang (Congot Wetan).
2. Kelompok yang ditengah dipimpin oleh Ki Jaga Laut dengan membuat pertahanan diatas air Segara Anakan. Ketika Ki Jaga Laut meninggal dimakamkan di daratan Nusakambangan di sekitar Kembang Kuning (Daerah pertahanan di Segara Anakan dalam perkembangannnya menjadi Kampung Laut sekarang ini).
3. Ki Jaga Resmi memimpin kelompok ketiga dengan membuat pertahanan di sebelah barat Pulau Nusakambangan pada muara kali Citandui (termasuk Daerah Jabar). Ketika Ki Jaga Resmi meninggal dimakamkan di Pamotan, sekarang termasuk dalam distrik Banjar Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Dengan ditempatkannya kelompok – kelompok penjaga di Daerah Tengah (di Daerah sekitar Segara Anakan) dalam perkembangannya Daerah itu menjadi banyak penghuninya. Sementara prajurit ada yang berkeluarga dan mereka bercocok tanam di daratan yang tidak jauh dari tempat itu ialah daratan Pulau Nusakambangan. Grumbul yang tertua di sekitar Segara Anakan ‘Mutean’. Dalam perkembangannya grumbul Mutean serta daratan Nusakambangan semakin banyak penghuninya.
Sekian tahun lamanya Daerah perkampungan di atas laut Segara Anakan yang kebanyakan orang menyebut Kampung Laut atau Pejagan (berarti tempat penjagaan).
Sumber : Soedarto dkk, 1975. Sejarah Cilacap. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap, halaman 35-36.