
Saat itu Frans hanya memiliki sisa tiga lembar plat film. Jadi dari peristiwa bersejarah itu, ia hanya bisa mengabadikan tiga adegan. Yang pertama, adegan Soekarno membacakan teks proklamasi. Yang kedua, adegan pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA. Dan yang ketiga, suasana ramainya para pemuda yang turut menyaksikan pengibaran bendera. Setelah menyelesaikan tugas jurnalisnya itu, Frans langsung bergegas meninggalkan rumah kediaman Soekarno karena menyadari bahwa tentara Jepang tengah memburunya.
Frans menjadi satu-satunya orang yang mengabadikan momen sakral itu karena Alex Alexius Impurung Mendoer, kakak kandungnya yang juga sempat memotret prosesi bersejarah tersebut, harus merelakan kameranya dirampas oleh tentara Jepang.

Dan sewaktu tentara Jepang menemui Frans untuk meminta negatif foto Soekarno yang sedang membacakan teks proklamasi, Frans mengaku film negatif itu sudah diambil oleh Barisan Pelopor. Padahal negatif foto peristiwa yang sangat penting itu ia sembunyikan dengan cara menguburnya di tanah, dekat sebuah pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya. Kalau saja saat itu sahabat anehdidunia.blogspot.com, negatif film tersebut dirampas tentara Jepang, maka mungkin generasi sekarang dan generasi yang akan datang tidak akan tahu seperti apa peristiwa sakral tersebut.

Bahkan, mengenai kehadiran Frans di rumah Soekarno pada waktu itu, wartawan senior Alwi Shahab menulis “Andaikata tidak ada Frans Mendoer, maka kita tidak akan punya satu foto dokumentasi pun dari peristiwa proklamasi kemerdekaan…” Tulisan itu dimuat di harian Republika edisi Minggu, 14 Agustus 2005, tiga hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-60.

Pencucian tiga buah foto bersejarah itu juga tidaklah mudah karena dihalang-halangi pihak Jepang. Frans bersama Alex terpaksa secara diam-diam harus mengendap, memanjat pohon pada malam hari, dan melompati pagar di samping kantor Domei (sekarang kantor berita ANTARA) untuk bisa sampai ke sebuah lab foto guna mencetak foto-foto tersebut. Padahal, bila dua bersaudara itu tertangkap oleh tentara Jepang, mereka akan dipenjara, bahkan dihukum mati.

Foto pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu pertama kali dimuat di harian Merdeka pada tanggal 20 Februari 1946 sahabat anehdidunia.blogspot.com, lebih dari setengah tahun setelah pembuatannya. Film negatif catatan visual itu sekarang sudah tak dapat ditemukan lagi. Ada dugaan bahwa negatif film itu ikut hancur bersama semua dokumentasi milik kantor berita Antara yang dibakar pada peristiwa di tahun 1965. Waktu itu, sepasukan tentara mengambil seluruh koleksi negatif film dan hasil cetak foto yang dimiliki Antara lalu membakarnya.
Sumber
Artikel Terkait:
Sejarah
- 10 Perempuan Perkasa di Masa Lalu
- Pasukan Hantu dari Kalimantan yang di Takuti Belanda
- Perang Dunia II Dimenangkan Hitler jika Menggunakan Senjata Mematikan Ini
- Cerita Cinta Presiden Soekarno dan 9 istrinya
- Sejarah Kelam Manusia Rantai Sawah Lunto
- 10 Raja-raja yang mempunyai kelakuan menyimpang
- Inilah 6 Kali Percobaan Pembunuhan Terhadap Presiden Pertama Indonesia
- (Pic) Foto-foto Kalteng jaman dulu.
- 10 Lokasi Harta Karun Paling Menakjubkan di Dunia
- Foto-Foto Cilacap Tempo Dulu
- Jutaan Anak Tewas Kelaparan Karena Perang Biafra
- Jugun Ianfu Perbudakan Seks Militer Jepang
- Sejarah Patung Liberty
- Biografi Seluruh Presiden Indonesia
- Daftar Seluruh Wakil Presiden Indonesia
- Foto-foto Bersejarah Jaman Kemerdekaan Ri
- Foto-foto Bersejarah Jaman Kemerdekaan RI
- 5 Nama Lain Indonesia di Masa Lalu
- Misteri Keris Kyai Nogo Siloeman | Milik Pangeran Diponegoro
- AUTO BIOGRAFI BUNG HATTA
- Rumah-Rumah Bersejarah di Indonesia !
- 10 Mata Uang Tertua di Indonesia
- Manusia Terkenal Yang Mempunyai Sejarah Aneh Di Dunia
- KTP Pada Zaman Penjajahan Belanda