
SAPA GAWE BAKAL NGANGGO
Peribahasa atau pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti siapa membuat bakal memakai. Secara luas pepatah tersebut bermakna bahwa siapa pun yang membuat sesuatu dia sendirilah yang akan memakainya. Artinya, bahwa apa pun yang dilakukan seseorang, dia sendirilah yang akan bertanggung jawab.
Jika seseorang berbuat baik, maka ia pulalah yang akan memakai kebaikan itu. Demikian juga jika ia berbuat sebaliknya. Pepatah ini sesungguhnya merupakan representasi dari kepercayaan akan adanya hukum karma atau hukum keseimbangan alam. Oleh karena itu bagi masyarakat yang mempercayai hal itu mereka akan sangat hati-hati untuk berbuat karena mereka sadar bahwa perbuatannya akan berdampak pada dirinya sendiri dan mungkin kepada famili dan keturunannya.
Hal seperti dapat dicontohkan misalnya apabila kita merusak alam, maka alam akan hancur dan kehancuran alam itu akan berdampak menghancurkan hidup kita. Dapat juga dicontohkan misalnya apabila kita selalu berbuat jahat kepada orang lain, entah disengaja atau tidak kita pun kelak akan dijahati atau dirugikan oleh tindakan orang lain atau oleh alam. Mungkin juga akibat perbuatan kita itu maka keturunan kitalah yang akan menerima akibat atau resikonya.
TUNGGAK JARAK MRAJAK TUNGGAK JATI MATI
Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti tunggak (pohon) jarak menjadi banyak tunggak jati mati. Mrajak dalam khasanah bahasa Jawa dapat diartikan sebagai berkembang biak. Dalam realitasnya pohon jarak memang akan bertunas kembali meskipun batangnya dipatahkan. Sedangkan tanaman jati bila dipotong batangnya biasanya akan mati. Jikalau tumbuh tunas baru, biasanya tunas baru ini tidak akan tumbuh sesempurna batang induknya.
Pepatah ini ingin menggambarkan tentang keadaan orang dari kalangan kebanyakan yang bisa berkembang (mrajak) dan sebaliknya, orang dari kalangan/trah bangsawan/berkedudukan tinggi yang tidak punya generasi penerus (mati). Keadaan semacam ini kerap terjadi di tengah-tengah masyarakat. Ada begitu banyak orang yang memiliki kedudukan tinggi, namun ia berasal dari kalangan rakyat biasa. Artinya, orang tuanya adalah orang biasa-biasa saja. Tidak kaya, tiak berpangkat, dan tidak memiliki garis keturunan bangsawan (jati).
Sebaliknya pula banyak anak-anak atau keturunan orang-orang besar/berkedudukan/berdarah bangsawan yang keturunannya tidak mengikuti atau tidak bisa meniru atau melebihi kedudukan leluhurnya.
ADIGANG, ADIGUNG, ADIGUNA, ADIWICARA
Pepatah Jawa ini dapat diterjemahkan sebagai mengunggul-unggulkan atau menyombongkan keelokan badan atau wajah, menyombongkan besarnya tubuh atau garus keturunan, menyombongkan ilmu atau pengetahuannya, dan menyombongkan kelihaian bicara atau merdunya suara.
Pepatah tersebut digunakan untuk menasihati orang agar tidak menyombongkan apa pun yang dimilikinya. Orang yang merasa diri mempunyai sesuatu, apa pun itu, kadang-kadang memang menjadi lupa bahwa semua itu hanyalah titipan dari Yang Maha Kuasa. Kesombongan karena merasa diri lebih dari orang lain ini sangat sering mengakibatkan orang yang bersangkutan berlaku semena-mena terhadap orang lain.
Orang yang merasa diri elok rupawan, punya kecenderungan menganggap orang lain tidak seelok dirinya. Orang yang menganggap dirinya besar dan kuat akan menganggap orang lain lemah. Orang yang merasa dirinya keturunan orang hebat berkecenderungan menganggap orang lain adalah keturunan orang rendahan atau tidak punya kelas sosial. Orang yang menganggap dirinya pintar cenderung menggurui dan menganggap orang lain tidak tahu apa-apa. Orang yang merasa dirinya pandai bicara akan berkecenderungan mempengaruhi orang lain dengan kelihaiannya berbicara.
Hal seperti itu dalam masyarakat Jawa dicontohkan dalam perilaku kijang atau menjangan (adigang). Kijang menganggap bahwa tanduknya adalah benda yang paling elok di dunia. Namun ia mati juga karena tanduknya itu. Entah karena diburu, entah karena tanduknya tersangkut belukar.
Perilaku adigung dicontohkan oleh binatang gajah yang tubuhnya demikian besar dan kuat. Ia merasa bahwa segalanya bisa diatasi dengan kekuatannya. Namun ia mati karena bobot tubuhnya itu karena ketika terperosok ke dalam lubang ia tidak bisa mengangkat tubuhnya keluar (saking beratnya).
Perilaku adiguna dicontohkan dengan perilaku ular yang berbisa. Ia menyombongkan bisanya yang hebat, namun mati di tangan anak gembala hanya dengan satu sabetan ranting kecil.
Perilaku adiwicara dicontohkan dalam perilaku burung yang merdu dan lihai berkicau. Ia merasa bahwa kicauannya tidak ada tandingannya di seluruh hutan, namun ia mati oleh karena melalui kicauannya itu pemburu menjadi tahu tempat bersembunyi atau tempat bertenggernya.
ADOH TANPA WANGENAN CEDHAK DATAN SENGGOLAN
Pepatah Jawa tersebut secara harfiah berarti jauh tanpa ukuran dekat tidak senggolan. Pepatah ini dalam masyarakat Jawa biasanya digunakan untuk menggambarkan keberadaan kekasih atau Tuhan.
Orang yang tengah dilanda cinta biasanya akan merasa kangen terus dengan orang yang dijatuhcintainya. Jika kekasih tersebut tidak berada di sisinya, memang terasa begitu jauh keberadaannya. Namun di balik itu sesungguhnya sang kekasih juga sangat dekat dengan dirinya, yakni berada di dalam hatinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekasih itu berada jauh namun sesungguhnya jua sangat dekat. Sekalipun kedekatan (di hati) itu menyebabkannya tidak bisa bersentuhan atau bersenggolan.
Hal yang sama juga sering digunakan untuk menggambarkan keberadaan Tuhan bagi manusia. Kadang orang merasa bahwa Tuhan demikian jauh, seolah-olah berada di atas langit lais ke tujuh yang jaraknya tidak dapat diukur. Namun sesungguhnya Tuhan juga begitu dekat terasa di hati masing-masing orang. Sekalipun begitu manusia tidak bisa memegangnya.
SADUMUK BATHUK SANYARI BUMI DITOHI PATI
Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti satu sentuhan dahi, satu jari (lebar)-nya bumi bertaruh kematian. Secara luas pepatah tersebut berarti satu sentuhan pada dahi dan satu pengurangan ukuran atas tanah (bumi) selebar jari saja bisa dibayar, dibela dengan nyawa (pati).
Pepatah di atas sebenarnya secara tersirat ingin menegaskan bahwa tanah dan kehormatan atau harga diri bagi orang Jawa merupakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan orang pun sanggup membela semuanya itu dengan taruhan nyawanya. Sentuhan di dahi oleh orang lain bagi orang Jawa dapat dianggap sebagai penghinaan. Demikian pula penyerobotan atas kepemilikan tanah walapun luasnya hanya selebar satu jari tangan. Sadumuk bathuk juga dapat diartikan sebagai wanita/pria yang telah syah mempunyai pasangan hidup pantang dicolek atau disentuh oleh orang lain. Bukan masalah rugi secara fisik, tetapi itu semua adalah lambang kehormatan atau harga diri.
Artinya, keduanya itu tidak dipandang sebagai sesuatu yang lahiriah atau tampak mata semata, tetapi lebih dalam maknanya dari itu. Keduanya itu identik dengan harga diri atau kehormatan. Jika keduanya itu dilanggar boleh jadi mereka akan mempertaruhkannya dengan nyawa mereka.
NABOK NYILIH TANGAN
Pepatah di atas secara harfiah berarti memukul meminjam tangan. Secara luas pepatah ini berarti memukul dengan meminjam tangan orang lain.
Pepatah ini ingin menunjukkan bahwa dalam kehidupan sosial sering ada orang yang bertindak tidak ksatria. Artinya, ketika dia ingin menjatuhkan, menyakiti, menyingkirkan, membunuh, dan melenyapkan orang lain ia tidak bertindak sendiri. Tidak menghadapinya sendiri. Namun dengan menggunakan (meminjam) tangan orang lain sehingga seolah-olah dirinya adalah orang yang bersih, baik, dan suci. Seringkali perkara demikian dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang meminjam tangan itu sepertinya tidak terkait dengan persoalan yang tengah terjadi, yang menimpa orang yang kena pukul itu.
Ketika orang yang dituju dengan meminjam tangan orang lain itu berhasil disingkirkan, maka ia pun akan merasa lega. Puas. Konyolnya pula ia akan tetap merasa sebagai Mr. Clean, sekalipun segala persoalan dan kolusi jahat itu ber dari orang yang bersangkutan.
AJINING RAGA DUMUNUNG ANA ING BUSANA
Secara harfiah pepatah tersebut di atas berarti harga diri dari fisik (tubuh) terletak pada pakaian.
Pepatah ini ingin menyatakan bahwa jika seseorang berbusana dengan sembarangan di sembarang tempat, maka ketubuhan (dan jati dirinya) tidak akan dihargai oleh orang lain.
Suatu contoh misalnya, kita mengenakan pakaian renang kemudian menemui tamu yang berkunjung ke kita atau sebaliknya. Dapat dibayangkan bagaimana respon atau tanggapan orang lain terhadap kita. Sungguhpun pakaian renang yang kita kenakan berharga jutaan rupiah misalnya, orang tetap tidak akan menghargai kita karena apa yang kita kenakan tidak tepat penempatannya.
Bisa juga diambil contoh kita datang ke sebuah pelayatan, namun kita datang ke sana dengan mengenakan pakaian pesta yang dilengkapi dengan perhiasan. Orang pun bisa menanggapi kita sebagai orang yang tidak bisa menempatkan diri.
Pada intinya pepatah di atas ingin menegaskan kepada kita agar kita mampu menghargai diri sendiri dengan berbusana yang pantas, tempat yang tepat, serta waktu yang sesuai. Dengan begitu kita tidak akan jadi bahan tertawaan, juga tidak akan mengganggu keselarasan hubungan sosial.
ANCIK-ANCIK PUCUKING ERI
Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti bertumpu pada ujung duri. Secara lebih luas pepatah ini ingin menyatakan keadaan yang begitu gawat, kritis, dan nyaris tidak tertolong lagi. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan seseorang yang bertumpu pada ujung duri. Tentu saja sakit dan khawatir. Ibaratnya keberlangsungan hidupnya tinggal menunggu ajal belaka.
Hal seperti itu dapat juga dicontohkan dengan keadaan seseorang yang menerima sebuah surat pemberitahuan bahwa sebentar lagi rumahnya akan digusur. Entah dalam waktu dekat atau jauh, orang tersebut tentu sudah merasakan kekhawatirannya. Kekhawatiran dan ketiadaan harapan ini ibaratnya ancik-ancik pucuking eri.
TUNA SATAK BATHI SANAK
Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti rugi satu tak (satu ukuran uang /segepok uang) untung saudara.
Pepatah ini ingin mengajarkan bahwa sekalipun dalam dunia dagang yang pertimbangan utamanya hanyalah mencari untung dan untung, bagi orang Jawa kerugian sekian uang tidak mengapa asal (masih) bisa mendapatkan sedulur saudara atau teman. Teman (dalam arti sesungguhnya) tampaknya memang menjadi pilihan yang lebih mempunyai makna daripada sekadar uang (material).
Pada sisi lain pepatah ini juga mengajarkan bahwa sedulur (sanak) jauh lebih menguntungkan daripada seukuran uang dalam kesesaatan. Jika diulur, maka teman atau sedulur itu di kemudian hari dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih besar daripada seukuran uang pada saat transaksi jual beli terjadi. Jika memang sedulur itu menyedulur menyaudara dengan kita, dapat dipastikan bahwa ia (mereka) akan membantu kita jika kita mendapatkan kesulitan. Bantuan dari orang yang demikian itu tanpa kita sadari nilainya jauh lebih besar dibandingkan ketika kita mendapatkan uang satak pada saat kita melaksanakan transaksi jual beli di masa lalu.
Dengan adanya rasa menyedulur itu, orang yang bersangkutan tidak akan owel sungkan/enggan memberikan bantuannya dalam bentuk apa pun yang sesungguhnya tidak bisa kita ukur dengan sekadar hanya uang atau material. Dalam kali lain, orang yang bersangkutan bisa jadi akan membeli produk atau dagangan yang kita jual tanpa perlu lagi menawar karena di masa lalu ia pernah mendapatkan kemurahan dari kita yang berupa satak (satu ukuran uang).
Pepatah ini sesungguhnya menunjukkan betapa optimisnya orang Jawa dalam menyikapi hidup.
ASU BELANG KALUNG WANG
Peribahasa atau pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti anjing belang berkalung uang.
Secara lebih jauh pepatah ini inginmenggambarkan keadaan orang yang secara visual buruk atau secara social tidak mempunyai peringkat yang tinggi (tidak berpangkat atau berjabatan) namun ia memiliki kekayaan yang berlimpah.
Asu (anjing) dalam masyarakat Jawa termasuk binatang yang sering digunakan sebagai bahan misuh (memaki). Dengan demikian, ia memiliki derajat yang buruk sekalipun dalam praktek anjing memang banyak digunakan untuk membantu orang terutama dalam soal keamanan. Bukan hanya itu. Asu belang (anjing bercorak/berbulu belang) dalam masyarakat Jawa masa lalu termasuk kategori anjing yang bernilai paling rendah.
Jadi, pepatah di atas ingin menggambarkan orang yang di masyarakat tidak dianggap, namun ia memiliki uang (kekayaan) yang berlimpah sehingga pada akhirnya ia juga didatangi orang (karena yang datang menghendaki uangnya).
Sumber / Source
Artikel Terkait:
Budaya
- 9 Kebudayaan Jepang Yang Paling Unik dan Gila
- 5 Festival Perayaan Kematian di Dunia
- 6 Festival Seru di Dunia
- Fakta Unik dan Sejarah Mengenai Seragam Sekolah di Jepang
- Fakta Unik yang Hanya Ada Dinegara Jepang
- Ritual Kecantikan Menghitamkan Gusi Di Afrika
- Danau ini hanya boleh dipakai mancing sekali setahun
- FOTO DAN VIDEO: Lompat Sapi, Ritual Unik Pernikahan Suku Hammar
- Desa Paling Ajaib di Dunia
- Kisah unik festival minum darah di Nepal
- Ngayau, Tradisi Penggal Kepala Suku Dayak
- wowwww....beginilah Penampilan Elegan Pria Kongo Dari Golongan Sape
- "olimpiade Pedesaan" Di India
- "Di Injak Sapi" Tradisi Unik Masyarakat India
- Proses Unik Pemberian Sertifikat Perawan Di Afrika [pict Dewasa 21+]
- 10 Kota Penuh Dosa Terkenal di Dunia
- Ritual Paling Mengerikan di Dunia
- Sejarah Singkat Lahirnya Huruf Jawa ( Ha, Na, Ca, Ra, Ka.. )
- Legenda Putri Roro Jonggrang Yang Dikutuk Menjadi Patung Batu
- Kontes Kegantengan di Afrika
- Ritual Mencongkel Mata "Khwaja Chishti Moinuddina" Yang Mengerikan Di India
- Pasar Paling Mistis Nan Gaib Di Dunia
- 6 Dewa Mesir Kuno
- Tidak dapat dipungkiri dalam sejarah peradaban manusia selalu ada kekejian dan kekejaman. Bahkan pembunuhan sudah ada sejak manusia pertama tiba di bumi. Namun beberapa diantara menjadikan kekejaman sebagai bagian budaya mereka. 10. Celtic Empire Celtic memiliki reputasi besar sebagai pemburu kepala, dan terkenal untuk meletakkan kepala korban di kereta mereka, dan di depan rumah mereka. Banyak Celtic bertarung secara telanjang (untuk mengejutkan musuh mereka) dan terkenal dengan pedang besi panjang mereka. Mereka memotong kepala musuh dalam pertempuran dan melampirkannya ke leher kuda mereka. Barang rampasan bernoda darah mereka serahkan ke pembantu mereka dan menyanyikan lagu kemenangan, dan mereka memaku kepala musuh di atas rumah mereka, sama seperti halnya pemburu yang memasang kepala hewan buruan. Mereka membalsem dalam minyak cedar kepala musuh paling terkenal, dan menjaga mereka dengan hati-hati di peti, dan menampilkan mereka dengan bangga kepada orang asing, mengatakan bahwa untuk yang satu ini kepala nenek moyang mereka, atau ayahnya, atau manusia itu sendiri, menolak menawarkan sejumlah besar uang. 9. Maori Civilization Para Maori adalah pemukim pertama Selandia Baru, tiba berabad-abad sebelum orang Eropa. Mereka telah dikenal mempraktekkan kanibalisme selama peperangan. Pada bulan Oktober 1809 sebuah kapal narapidana Eropa diserang oleh sekelompok besar prajurit Maori, balas dendam atas penganiayaan anak seorang kepala suku. Maori membunuh sebagian besar 66 orang di dalamnya, dan membawa korban mati dan hidup dari perahu dan kembali ke pantai untuk dimakan. Hanya sedikit yang bisa selamat, yang bisa menemukan tempat persembunyian di dalam tiang kapal, menakutkan saat mereka melihat teman-temannya sekapal dimakan suku Maori semalaman. 8. Mongol Empire Mongol dianggap barbar dan biadab. Mereka mendominasi Eropa dan Asia dan yang paling terkenal pasukan berkuda, dipimpin oleh salah satu komandan militer terbesar dalam sejarah, Genghis Khan. Mereka sangat disiplin dan master dalam menggunakan busur dan panah pada kuda. Mereka menggunakan busur komposit yang bisa merobek melalui baju perang, dan juga cukup baik dengan tombak dan pedang lengkung. Mereka adalah ahli perang psikologis dan intimidasi, dan membangun kerajaan terbesar kedua yang pernah ada, hanya lebih kecil daripada Kerajaan Inggris. Semuanya berawal ketika Temujin (yang kemudian dikenal sebagai Genghis Khan), bersumpah di masa mudanya untuk membawa dunia di kakinya. Dia hampir berhasil. Lalu ia mengatur pemandangan di atas Cina, dan sisanya adalah sejarah. Dari Vietnam ke Hongaria, Kekaisaran Mongol menjelma menjadi salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah umat manusia. 7. Apache Tribes Apache adalah seperti ninja-nya Amerika. Mereka akan menyelinap di belakang Anda dan menggorok tenggorokan Anda, tanpa Anda menyadarinya. Mereka menggunakan senjata primitif sebagian besar terbuat dari kayu dan tulang. Mereka juga para pejuang pisau terbesar di dunia yang pernah dilihat, dan cukup baik dengan tomahawk dan melempar kapak. Mereka meneror Barat Daya, Amerika Serikat dan bahkan militer pun kesulitan mengalahkan mereka. Mereka pejuang gerilya terbaik, dan keturunan mereka mengajarkan pasukan militer modern bagaimana bertarung dengan tangan kosong. Mereka biasanya menguliti korban mereka. 6. Viking Empire Mereka meneror Eropa dengan penggerebekan dan penjarahan (walaupun tidak semua dari mereka). Mereka ganas dalam pertempuran dan menggunakan senjata yang menakutkan sesuai dengan perawakan mereka. Mereka besar dan menggunakan kapak mereka, pedang dan tombak, ahli dalam menaklukkan kota. Bahkan agama mereka tentang perang, dan mereka percaya bahwa ketika Anda meninggal dalam pertempuran, sekali lagi anda dibangkitkan dalam pertempuran yang tidak pernah berakhir. Mereka adalah tentara ideal yang akan menghancurkan apa saja yang menghalangi. 5. Korea Utara Mereka yang tertangkap mencuri makanan atau mencoba untuk menyeberang perbatasan, dikenakan eksekusi publik. Kim melanjutkan gaya hidup mewah dan obsesi militer, meskipun perekonomian runtuh. Di Korea Utara, dia dan ayahnya yang didewakan, dianggap sebagai penyelamat seluruh alam semesta. 250.000 pembangkang dimasukkan ke "kamp pendidikan ulang". Dia telah mengobarkan perang terhadap Korea Selatan yang melibatkan pembunuhan pemimpin Korea Selatan dan meledakkan pesawat Korea Selatan. Dia menyajikan sebuah ancaman besar bagi dunia dalam hal perang nuklir, setelah membujuk Uni Soviet untuk memberi reaktor nuklir, pada tahun 1984. 4. Roman Empire Sementara Roma mungkin merupakan kerajaan terbesar, Anda tidak bisa mengabaikan kengeriannya. Penjahat, budak dan lainnya dipaksa untuk memerangi satu sama lain sampai mati dalam permainan gladiator. Beberapa orang yang paling jahat dalam sejarah Romawi – Caligula, Nero dan lainnya. Kristen adalah kelompok yang pertama kali, ditargetkan untuk dianiaya, oleh kaisar Nero, pada 64 AD. Beberapa terkoyak oleh anjing, yang lain dibakar hidup-hidup sebagai obor manusia. Pada mulanya mereka dipimpin oleh raja-raja, kemudian menjadi republik (mungkin masa kejayaan mereka yang terbesar) sebelum akhirnya menjadi sebuah kekaisaran. Sistem militer dan administrasi yang sangat baik, Kekaisaran Romawi, atau lebih tepatnya Roma kuno, adalah juga salah satu pemerintahan terlama. Dihitung dari pendiriannya sampai jatuhnya Kekaisaran Bizantium, Roma kuno berjaya selama 2.214 tahun. 3. Aztec Empire Suku Aztec memulai teokrasi rumit mereka di tahun 1300, dan membawa pengorbanan manusia ke era keemasan. Sekitar 20.000 orang dibunuh setiap tahun untuk menenangkan dewa-dewa, terutama dewa matahari, yang membutuhkan “makanan” dari darah setiap hari. Hati korban dipotong, dan beberapa mayat dimakan selama upacara. Korban lain tenggelam, dipenggal, dibakar atau dijatuhkan dari ketinggian. Dalam sebuah ritual untuk dewa hujan, anak-anak menjerit dibunuh di beberapa situs sehingga air mata mereka mungkin menyebabkan hujan. Dalam sebuah ritual untuk dewi jagung, perawan menari selama 24 jam, kemudian dibunuh dan dikuliti, kulitnya dikenakan oleh seorang imam yanbg melanjutkan tariannya. Satu sumber mengatakan bahwa pada penobatan Raja Ahuitzotl’s, 80.000 tahanan dibantai untuk menyenangkan para dewa. Dikatakan bahwa kadang-kadang korban akan dimakan. 2. Nazi Germany Meskipun peradaban yang sangat singkat, Nazi Jerman adalah negara adidaya, dan sangat mempengaruhi dunia. Sedikitnya 4 juta orang tewas dalam Holocaust (dengan beberapa spekulasi lebih dekat ke 11 juta), dan Nazi Jerman memulai perang terburuk dalam sejarah manusia, Perang Dunia II. The Nazi Swastika mungkin adalah simbol yang paling dibenci di dunia. Nazi Jerman memiliki sekitar 268.829 kilometer persegi tanah. Hitler adalah salah satu orang paling berpengaruh yang pernah ada, sejauh ini sebagai salah satu yang paling menakutkan. 1. Soviet Union Komunisme bertanggung jawab atas jutaan kematian lebih, bahkan dari Nazi Jerman. Komunis seperti Josef Stalin, Mao Zedong, Pol Pot, Nicolae Ceausescu dan lain-lain telah membunuh jutaan orang. Dari semuanya itu Uni Soviet adalah yang terburuk. Stalin, sendirian, membunuh 1-60 juta orang. Uni Soviet itu mungkin salah satu musuh terbesar Amerika Serikat. Hidup di bawah Stalin menempatkan semua rakyat kedalam ketakutan, membuat Uni Soviet lebih buruk dari Nazi Jerman, di mana mayoritas Jerman masih bisa merasakan tingkat keselamatan selama mereka mendukung konsep Nazi